DALAM MIHRAB CINTA
(TAKBIR CINTA ZAHRANA)
Matanya berkaca-kaca, kalaulah tak ada iman di hatinya, mungkin ia telah sirna. Bagaimana tidak? Diumurnya yang telah lebih dari kepala tiga itu, ia belum juga bersuami. Ia lebih memilih melanjutkan jalur akademiknya dari pada menikah, itulah hal yang dulu ia sesali. Namun apa guna penyesalan, ia pun tetap tegar dan sabar
Dewi Zahrana, itulah namanya. Dan sering ia dipanggil dengan Rana. Lamaranpun datang dari seorang dekan di tempat ia mengajar, Pak Karman namanya. Namun ia bingung, apakah ia harus menerima pinangan dari orang yang terhormat namun bermoral bejat seperti dia. Karena ia tahu bahwa walaupun Pak Karman telah beristri, ternyata beliau masih suka bermain dengan perempuan lain, itulah yang membuat Rana tidak menyukainya. Tapi sebagai wanita yang berpendirian dan beragama, dia tidak boleh bimbang akan hal tersebut. Akhirnya pinangan itupun dilaksanakan oleh kedua keluarga. Namun tanpa diduga jawaban Rana telah membuat kecewa kedua belah pihak, termasuk keluarga Rana.
”Maafkan jika saya tidak bisa menjawab sekarang, saya akan sampaikan langsung kepada Pak Karman tiga hari ke depan.” Katanya. Dan benar adanya, tiga hari kemudian ia mengirim surat kepada Pak Karman yang isinya menyatakan bahwa ia menolak pinangan Pak Karman.
Pak Karman sangat kecewa dan ingin memecatnya dari jajaran dosen pengajar yang ada di fakultasnya, karena beliau termasuk orang nomor satu di fakultas tempat Rana mengajar. Namun Rana terlebih dahulu mengundurkan diri karena Bu Merlin telah memberi tahunya.
Sekarang ia bekerja sebagai pengajar di STM Al Fatah. Ia juga senantiasa berikhtiar mendekatkan diri kepada Ilahi dan memohon agar di karuniai jodoh yang baik dan sholeh.
“Saat pindah ke STM Al Fatah kamu bilang siapa tahu jodohmu di Pesantren. Coba datanglah ke Pak kyai. Coba kamu minta kepada Pak Kyai untuk membantu mencarikan, mungkin kamu akan ditemukan dengan santrinya!” Pinta kedua orangtuanya.
Akhirnya ihwal tersebut disampaikan ke Bu Nyai dan beliau akan berusaha mencarikan untuknya.
Sampai pada waktunya, datanglah orang yang ditunggu-tunggu oleh Rana, Rahmad namanya. Walaupun ia adalah seorang penjual kerupuk, namun mengenai akhlak dan tanggungjawab ia dapat diandalkan, begitu pesan Bu Nyai. Sesuai dengan rencana, nanti ia akan disuruh untuk berjualan kerupuk di kawasan perumahan Rana, dan ia bisa menguji apakah Rahmad layak ia jadikan calon suami atau tidak.
Hari pernikahan keduanya pun hampir berlangsung, sedang di lain pihak, Hasan salah satu Mahasiswa yang dulu Rana bimbing juga telah menyelesaikan studi S.1.nya dengan predikat terbaik. Sungguh kebahagiaan telah menyelimuti hati Rana. Namun takdir berkehendak lain, malam sebelum pernikahannya dilangsungkan, Rahmad mengalami kecelakaan, ia tertabrak kereta api. Kebahagiaan yang membuncah di hati Rana berubah menjadi kesedihan yang tiada tara.
Hampir-hampir ia tidak kuat mengalami cobaan itu. Namun temannya selalu memberi semangat agar ia tetap tegar dan sabar menghadapi cobaan ini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia percaya bahwa ini adalah salah satu rencana Allah yang disiapkan untuknya agar ia lebih baik. Ia percaya bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, itulah janji Allah kepada hambanya yang senantiasa beriman dan sabar.
Waktu terus bergulir setelah kejadian itu. Tanpa disangka-sangka, datanglah seorang dokter yang dulu merawatnya ketika ia shock saat calon suaminya mengalami kecelakaan. Perempuan itu tak lain adalah Ibu dari Hasan, mahasiswa yang dulu pernah Ia bimbing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ihwal kedatangannya ke rumah Rana ialah menyampaikan hajat anaknya, Hasan, yang ingin melamarnya. Bagai disambar petir ia mendengar hal itu. Bukan mimpikah ini? Mungkin begitu pikirnya. Awalnya ia ragu akan hal itu, namun ia sadar, mungkin itulah jalan terbaik yang diberikan Allah kepadanya. Dan akhirnya, tepat malam itu juga kedua mempelai itu melangsungkan akad nikah di masjid dekat rumah Rana dengan disaksikan warga setempat. Allahu Akbar. Bagai ada takbir yang menggema di sela-sela pernikahan keduanya. Itulah sebaik-baik ketetapan yang dicurahkan Allah bagi hamba-Nya yang senantiasa beriman, sabar, dan beramal saleh.
Sebetulnya dari hal di atas banyak sekali tersirat pesan-pesan yang amat berguna, khususnya bagi seorang wanita. Salah satunya ialah, wanita itu harus mempunyai pendirian yang kuat, dan jangan berpendirian lemah layaknya bunga layu yang ada di pekarangan. Karena wanita adalah makhluk yang dimuliakan.